Limbahcair dalam sistem kolam terdiri dari beberapa tahapan yaitu : - Kolam Pendinginan Limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki temperatur 75 - 900 C. Agar proses dekomposisi secara biologis berlangsung maka temperaturnya diturunkan hingga 370 C dengan mengatur pH antara 7.0 - 7.5 untuk menghindari bau yang
minyakkelapa sawit di Indonesia. Teknik pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan menggunakan kolam anaerobik kurang efisien karena membutuhkan lahan yang luas selain itu limbah cair pabrik kelapa sawit menimbulkan efek gas rumah kaca akibat dari gas karbon dioksida (CO 2) yang dihasilkan.
PengolahanLimbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Kolam Anaerob Sekunder 1 Menjadi Pupuk Organik Melalui Pemberian Zeolit. Seminar Nasional Sains & Teknologi V, 616-628. Pandapotan, C.D. and Marbun, P. (2017). Pemanfaatan Limbah Lumpur Padat (Sludge) Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai Alternatif Penyediaan Unsur Hara Di Tanah Ultisol Utilization
Padakolam ini limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang mengandung senyawa organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan protein akan dirombak oleh bakteri an aerobik menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana, karbohidrat dan air. g. Secondary An Aerobik Pond (Kolam Penyempurnaan Anaerobik)
Masingmasing IPAL dari setiap pabrik kelapa sawit mempunyai kolam- kolam yang memiliki kedalaman, luas dan volume yang berbeda-beda. Dengan demikian waktu tinggal atau WPH (Waktu Penahanan Hidrolysis)-nya juga berbeda- beda. Luas kolam yang terkecil adalah 6.800 m2, sedangkan yang terbesar adalah 42.500 m2.
Vay Tiền Nhanh Ggads. - Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Perkim-LH Kabupaten Batubara segel pabrik kelapa sawit milik PT Buana Sawit Indah BSI di Desa Perkebunan Petatal, Kecamatan Datuk Tanah Datar, Kabupaten Batubara, Kamis 8/6/2023. Penyegelan tersebut dilakukan akibat adanya temuan lapangan yang belum dilengkapi oleh PT BSI terkait tidak melakukan uji parameter limbah terkait pemenuan izin. "Penyegelan ini dilakukan karena ketidak taatan dalam membuat izin limbah B3, cair, udara, air," kata Frans Siregar. Baca juga Ikan dan Udang Mati, Air Sungai Jadi Bau, Pabrik Kelapa Sawit Diduga Cemari Lingkungan di Sei Rampah Katanya, penyegelan sementara ini dilakukan untuk Pabrik Kelapa SawitPKS milik PT BSI segera melengkapi beberapa poin yang tidak dilaksanakan oleh pabrik. "Ini kami lakukan sanksi penyegelan sementara paling lama enam Minggu, sembari menunggu poin yang kami serahkan dilengkapi oleh mereka," ujarnya. Katanya, terdapat enam poin yang tidak dijalankan oleh pabrik kelapa sawit milik PT BSI. Diantaranya Uji Emisi udara, Tanah, Air, B3. Baca juga Polda Sumut Beber Alasan Sita Pabrik Kelapa Sawit Milik Bupati Langkat Nonaktif Soal Restitusi "Namun, untuk tanah sudah dilakukan oleh mereka," ujar Frans. Katanya, selama penyegelan dilakukan, pabrik milik PT BSI dilarang untuk melakukan aktivitas produksi selama izin lingkungan masih dibekukan. "Kami sudah melakukan teguran secara tertulis sejak Januari 2023 lalu, penyegelan dan pembekuan ini kami lakukan setelah sudah beberapa kali teguran," ujarnya. Katanya, apabila pabrik kelapa sawit milik PT BSI menghiraukan penyegelan tersebut, sanksi tertinggi yang dilakukan dinas Perkim-LH Batubara akan mencabut izinnya secara permanen. Baca juga Polisi Sita Pabrik Kelapa Sawit Milik Bupati Langkat Nonaktif Terbit Rencana Peranginangin "Kalau tidak dipenuhi, izin usahanya akan dicabut secara permanen," ungkapnya. Sementara, Amrin Sirait, pimpinan PT BSI enggan untuk berkomentar terkai penyegelan yang dilakukan oleh Pemkab Batubara. "Kami no komenlah terkai ini. Kita ikuti saja propernya, surat sudah kami terima," ungkap Amrin saat dijumpai
ABSTRAK Pengelolaan limbah cair pabrik kelapa sawit LCPKS umumnya dilakukan dengan cara konvensional dengan menggu-nakan teknologi kolam terbuka. Cara konvensional ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah waktu tinggal lebih dari 90 hari. Elektrokoagulasi diketahui dapat menghasilkan koagulan dan gas hidrogen. Jenis elektroda yang digunakan adalah logam aluminium, elektrolit yang digunakan adalah limbah Fat pit, limbah anaerobik, air keluaran reaktor biogas. Parameter yang diamati adalah COD, TSS dan TS gas hidrogen yang dihasilkan. Dengan pemberian tegangan listrik sebesar 2, 3 dan 4 volt dan masa penahanan 8 jam. Dari penelitian yang dilakukan, penurunan maksimum nilai COD didapati sebesar 76,9%; 87,5% dan 81,18% untuk limbah fat pit, limbah kolam anaerobik dan limbah keluaran biogas. Penurunan TS sebesar 84,84% untuk limbah fat pit, 84,84% limbah kolam anaerobik, 82,89% limbah keluaran biogas. Gas hidrogen yang dihasilkan untuk masing-masing limbah fat pit, limbah kolam anaerobik dan limbah keluaran biogas sebesar 7,3 gram, 8,6 gram dan 4,04 gram. Berdasarkan hasil penelitan, elektrokoagulasi dapat digunakan untuk pengolahan LCPKS dan juga dapat menghasilkan gas hidrogen sebagai energi. Figures - uploaded by Muhammad Ansori NasutionAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Muhammad Ansori NasutionContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free EN-56 0643 Muhammad Ansori NasutionPENGOLAHAN LCPKS KELUARAN FAT PIT, KOLAM ANAEROBIK DANREAKTOR BIOGAS DENGAN ELEKTROKOAGULASIMuhammad Ansori NasutionPusat Penelitian Kelapa SawitJl. Brigjend Katamso 51, Medan 20158e-mail ansoricca Tel 061 7862477Disajikan 29-30 Nop 2012ABSTRAKPengelolaan limbah cair pabrik kelapa sawit LCPKS umumnya dilakukan dengan cara konvensional dengan menggu-nakan teknologi kolam terbuka. Cara konvensional ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah waktu tinggal lebihdari 90 hari. Elektrokoagulasi diketahui dapat menghasilkan koagulan dan gas hidrogen. Jenis elektroda yang digunakan adalahlogam aluminium, elektrolit yang digunakan adalah limbah Fat pit, limbah anaerobik, air keluaran reaktor biogas. Parameteryang diamati adalah COD, TSS dan TS gas hidrogen yang dihasilkan. Dengan pemberian tegangan listrik sebesar 2, 3 dan 4volt dan masa penahanan 8 jam. Dari penelitian yang dilakukan, penurunan maksimum nilai COD didapati sebesar 76,9%;87,5% dan 81,18% untuk limbah fat pit, limbah kolam anaerobik dan limbah keluaran biogas. Penurunan TS sebesar 84,84%untuk limbah fat pit, 84,84% limbah kolam anaerobik, 82,89% limbah keluaran biogas. Gas hidrogen yang dihasilkan untukmasing-masing limbah fat pit, limbah kolam anaerobik dan limbah keluaran biogas sebesar 7,3 gram, 8,6 gram dan 4,04 hasil penelitan, elektrokoagulasi dapat digunakan untuk pengolahan LCPKS dan juga dapat menghasilkan gashidrogen sebagai Kunci Limbah cair kelapa sawit, elektrokoagulasi, COD dan gas PENDAHULUANPerkembangan industri yang sangat pesat se-cara universal, di samping menghasilkan produkyang mempengaruhi perekonomian global juga meng-hasilkan produk samping yang mempengaruhi kese-imbangan lingkungan. Tidak terkecuali untuk pengo-lahan kelapa sawit. Walaupun limbah pengolahan ke-lapa sawit secara essensial tidak dalam kategori limbahberacun tetapi jika limbah tersebut jika dibuang lang-sung akan mempengaruhi badan air yang menampunglimbah elektrokoagulasi pada prinsipnyaberdasarkan pada proses sel elektrolisis. Sel elek-trolisis merupakan suatu alat yang dapat mengubahenergi listrik DC direct current untuk menghasilkanreaksi elektrodik. Setiap sel elektrolisis mempunyaidua elektroda, katoda dan anoda.[18] Jenis elektrodayang digunakan pada penelitian ini adalah elektrodaAluminium yang berperan sebagai sumber ion Al+3di anoda dan berfungis sebagai koagulan dalamproses koagulasi-flokulasi yang terjadi di dalam seltersebut.[15] Sedangkan di katoda terjadi reaksi ka-todik dengan membentuk gelembung-gelembung gashidrogen yang berfungsi untuk menaikan flok-floktersuspensi yang tidak dapat mengendap di dalamsel.[9, 10]A. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit LCPKSPengelolaan LCPKS pada saat ini didominasi olehpengelolaan dengan menggunakan teknologi kolamlimbah terbuka. Pengelolaan ini menggunakan ko-lam anaerobik, kolam fakultatif dan kolam aerobik.[23]Teknologi ini diketahui mengeluarkan biaya yang be-sar untuk perawatan dan juga dalam prosesnya meng-hasilkan gas metan sebagai gas rumah kaca yangdilepaskan bebas ke atmosfir.[22] Teknologi lain yangdikembangkan seperti kombinasi kolam limbah denganaplikasi LCPKS pada kebun kelapa sawit land ap-plication.[17, 23] Teknologi yang juga sudah berkem-bang adalah aplikasi LCPKS sebagai penyiram tandankosong pada proses pengomposan tandan kosong ke-lapa adalah air limbah yang dikeluarkan olehpabrik kelapa sawit PKS yang umumnya terdiri darikondensat rebusan, buangan hydrocyclone dansepara-Prosiding InSINas 2012 0643 Muhammad Ansori Nasution EN-57tor sludge. Sekitar m3LCPKS dihasilkan setiapton CPO yang dihasilkan. LCPKS kaya akan senyawakarbon organik dengan kandungan chemical oxygendemand COD lebih dari 40 g/L dan kandungan nitro-gen sekitar and g/L sebagai ammonia nitrogendan total nitrogen. Selain itu, LCPKS adalah senyawakoloid dengan kandungan air sebesar 95-96%, minyaksebesar dan total solid 4-5% termasuk 2-4%suspended solids.[2] Tabel 1 menunjukkan karakteristikLCPKS.[21, 24]LCPKS yang diolah dengan mengunakan teknologikolam limbah akan menghasilkan gas metan pada ko-lam anaerobik. LCPKS yang diolah seperti ini memer-lukan areal yang luas dan biaya yang tinggi untukpemeliharaan.[8] LCPKS dengan metode kolam limbahkonvensional seperti ini memerlukan waktu tinggal se-kitar 90 hari hingga limbah dapat dikeluarkan ke badanair.[22]B. ElektrokoagulasiPenggunaan arus listrik untuk pengolahan limbahtelah dikenalkan pertama kali di Inggris pada tahun1889.[7] Elektrokoagulasi dengan menggunakan alu-minium dan besi sebagai elektroda telah dipatenkandi Amerika Serikat pada tahun 1909. Elektrokoagulasijuga telah diketahui dapat digunakan dalam proses pe-ngolahan limbah, seperti limbah tekstil, limbah minyakbumi, rumah tangga, tar sand & oil shale, sisa pen-cucian ambal, limbah chemical fiber, oil-water emul-sion, oily wastewater clay suspension, nitrite, dan sisazat warna.[7, 13] Elektrokoagulasi limbah pabrik kelapasawit belum banyak yang melakukan elektrokoagulasi pada prinsipnyaberdasarkan pada proses sel elektrolisis. Sel elek-trolisis merupakan suatu alat yang dapat mengubahenergi listrik DC direct current untuk menghasilkanreaksi elektrolik. Setiap sel elektrolisis mempunyai duaelektroda, katoda dan anoda. Anoda berfungsi sebagaikoagulan dalam proses koagulasi-flokulasi yang terjadidi dalam sel tersebut. Sedangkan di katoda terjadireaksi katodik dengan membentuk gelembung - gelem-bung gas hidrogen yang berfungsi untuk menaikkanflok-flok tersuspensi yang tidak dapat mengendap didalam sel.[19] Reaksi yang terjadi pada sel elektrodadengan anoda dan katoda yang digunakan aluminiumadalahAnodaAl →Al+3 + 3e6Proses anodik mengakibatkan terlarutnya logam alu-minium menjadi molekul ion Al+3. Ion yang terbentukini, di dalam larutan akan mengalami reaksi hidrolisis,menghasilkan padatan AlOH yang tidak da-pat larut lagi dalam + 3H2O→AlOH 7AlOH yang terbentuk dalam larutan da-pat berfungsi sebagai koagulan untuk proses koagulasi-flokulasi yang terjadi pada proses selanjutnya di dalamsel elektrokoagulasi. Setelah proses koagulasi-flokulasiini selesai maka kontaminan-kontaminan yang be-rada dalam air buangan dapat terpresipitasi dengansendirinya.[4, 19]Katoda2H2O+ 2e→H2+ 2OH−8AtauO2+ 2H2O+ 4e→4OH−9Reaksi sel merupakan hasil reaksi dari proses anodikdan katodik yang terjadi secara serentak, laju mol eqi-valen yang sama pada masing-masing elektroda. Hasilreaksi sel yang terjadi sangat bervariasi. Dapat berupabahan-bahan yang terlarut dan ion-ion terlarut sepetiAl+3 dan OH−atau berupa bahan padatan yang tidakdapat larut seperti Al2O3, AlOH3, dan pembentukanH2.[9, 11, 16] Berlangsungnya proses reaksi elektrodikmengakibatkan terjadinya perubahan komposisi elek-trolit terutama kenaikan pH karena adanya pelepasanOH−dan gas H2pada reaksi katodik. Besar ataukecilnya pengaruh-pengaruh tersebut tergantung padarapat arus katoda dan jumlah Al+3 yang terhidroli-sis.[1] Adanya kenaikan pH karena reaksi katodik padapermukaan katoda akan mengakibatkan logam Alu-minium terlapisi oleh suatu lapisan hidroksida yangmengendap pasivitas.Teknologi elektrokoagulasi merupakan bagian dariilmu elektrolisa. Elektrolisa diketahui telah sejak lamadikenal dalam ilmu kimia maupun fisika. Elektrokoag-ulasi berkembang pada tahun 1980-an walaupun paten-nya sendiri pertama kali diperkenalkan di Englandpada tahun 1956.[14] Belakangan ini, teknologi ini men-jadi perhatian kembali karena selain untuk pengelolaanair limbah, elektrokoagulasi juga dapat di gunakan se-bagai penghasil energi melalui terbentuknya gas METODOLOGIA. Bahan dan AlatSel elektrokoagulasi dioperasikan dengan menggu-nakan penyearah arus, power supply dengan rentangarus listrik 0-60 ampere dan tegangan listrik 0-15 volt,ampere meter digital dengan rentang arus listrik 0-20ampere dan voltmeter digital dengan rentang tegan-gan listrik 0-300 volt DC. Pengaruh tegangan listrikterhadap penurunan COD dan beberapa parameterlain diobservasi dalam waktu reaksi selama 1 hingga8 jam di dalam reaktor. Volume reaktor yang di-gunakan adalah 70 liter. Lembaran aluminium yangtelah dipotong sesuai dengan ukuran, dihubungkan de-ngan power supply PS. Setengahnya dengan kutubProsiding InSINas 2012 EN-58 0643 Muhammad Ansori NasutionTABE L 1 Karakteristik LCPKS[21]Parameter Konsentrasi mg/L Unsur Konsentrasi mg/LLemak dan minyak Potassium oxygen demand Magnesium 615Chemical oxygen demand Kalcium 439Total solid Phosphor 180Suspended solids Besi 46,5Total volatile solids Boron 7,6Nitrogen Total 750 Zinc 2,3Ammonicals nitrogen 35 Mangan 2,0Tembaga 0,89positip PS, bertindak sebagai katoda, dan setengahnyalagi dihubungkan dengan kutub negatip PS, selanjut-nya berindak sebagai Anoda GAM BA R 1. Rangkaianyang digunakan merupakan rangkaian paralel. Berataluminium telah ditimbang sebelum dan setelah pro-ses. Pelat aluminium yang digunakan adalah pelatyang umum di pasaran dengan kandungan Al sebesar95∼99%. Tebal pelat yang digunakan sebesar 3 larutan elektrolit yang digunakan adalahLCPKS. LCPKS diambil dari fat pit dengan kandunganCOD sekitar mg/l, LCPKS diambil dari PKSAdolina Perkebunan Nusantara 1 Skema pengolahan sel elektrokoagulasiB. Pengoperasian SelSebelum pengoperasian proses elektrokoagulasi, se-mua bahan dan alat yang digunakan harus dalamkeadaan baik, bagi menjamin tidak ada masalah padaproses yang akan dilakukan. Perhatian juga dilebihkankepada elektroda dan kabel yang merupakan salah satufaktor penting dalam arus listrik, karena dapat menu-runkan besar arus listrik apabila sambungan kedua-duanya tidak dalam keadaan baik. Pengoperasian dim-ulai dengan memasukkan cairan pada reaktor. Sete-lah itu elektroda dipasang ke dalam reaktor denganmenyambungkan kabel kepada setiap listrik yang digunakan berasal dari listrik ACyang dirubah menjadi arus DC menggunakan DCpower supply dan rectifier sehingga memudahkandalam mengatur tegangan yang akan melewati rangka-ian sel. Dalam waktu tertentu dilakukan analisis sam-ple dalam waktu 8 jam dengan interval 1 jam. Selu-ruh analisis dilakukan sesuai dengan metode elektroda setelah reaksi akan mangalamipasivitas sehingga diperlukan pembersihan pada per-mukaan elektroda dengan menggunakan kertas pasirgrade 400. Penelitian dilakukan dengan variasi tegan-gan 2 hingga 4 HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil VisualHasil visual yaitu pengurangan kekeruhan penggu-naaan elektrokoagulasi pada pengolahan limbah di-tunjukkan pada GAM BA R 2. Limbah fat-pit yang di-gunakan sebagai elektrolit pada penelitian ini menga-lami perubahan warna dari coklat kekuningan menjadiberwarna putih jernih. Sedangkan limbah keluaran ko-lam anaerobik mengalami perubahan warna dari padahitam menjadi warna putih jernih. Perubahan warnayang terjadi karena pengotor telah dihilangkan dalamproses elektrokoagulasi. Pengotor ini yang menjadipenyebab adanya warna hitam dan coklat pada tersebut hilang dua cara, yaitu pengotor yanglebih beratkan terbawa ke dasar reaktor proses koagu-lasi dan pengotor lebih ringan akan mengapung keatasreaktor proses pengapungan.B. Perubahan pHPerubahan pH dalam penelitian ini ditunjukan padaGAMBAR 3menunjukkan perubahan pH limbah yangterjadi sewaktu proses dijalankan. Gambar tersebut me-nunjukkan kenaikan pH yang terjadi pada tegangantegangan 2 volt, 3 volt dan 4 volt. Berdasarkan GAM-BAR 3, nilai pH ketika penelitian dijalankan mengalamikenaikan sejalan dengan penambahan waktu seluruh jenis limbah yang digunakan menga-lami kenaikan pH. Kenaikan pH ini karena bertambah-nya waktu retensi menyebabkan bertambah banyak ionOH−yang dilepaskan kedalam cairan elektrolit. Ion in-ilah yang akan menaikan nilai pH dalam cairan InSINas 2012 0643 Muhammad Ansori Nasution EN-59GAM BAR 2 Perubahan warna warna yang terjadi, a limbah fatpit, b limbah anaerobik dan c air biogasBerdasarkan GAMBAR 3a, kenaikan pH semakintinggi apabila tegangan semakin tinggi 2 Volt, pH awal bernilai 4,5 meningkat dalam waktu 8 jam, yaitu kenaikan sebesar 3,43%.Untuk tegangan tegangan 3 dan 4 volt, terdapat ke-naikan masing masing 3,55% dan 5,57%. GAMBAR 3b menunjukkan perubahan pH limbah keluaran ko-lam anaerobik. Berdasarkan gambar ini, pada tegan-gan 2 Volt, pH awal bernilai 7,5 meningkat menjadi7,75 dalam waktu 8 jam sehingga terdapat peningkatansebesar 3,23%. Pada tegangan 3 dan 4 volt terdapat ke-naikan sebesar 4,23 % dan 4,9 %. GAMBAR 3c menun-jukkan perubahan pH air biogas. Pada tegangan 2 Volt,pH awal 7,5 naik menjadi 7,69 dalam waktu 8 jam se-hingga terjadi kenaikan sebanyak 2,47%. Pada tegan-gan 3 dan 4 volt terjadi kenaikan sebanyak 6,98% dan8,53%.Kenaikan tegangan listrik pada reactor elektrokoag-ulasi akan membawa kenaikan nilai arus listrik se-hingga akan meningkatkan daya kerja dalam reaktorelektrokoagulasi. Kenaikan pH ini menandakan bahwaadanya reaksi yang terjadi di dalam reaktor teruta-manya di katoda. Dalam proses elektrolisis, katodamenghasilkan ion OH−yang akan menaikkan nilai 3 grafik perubahan pH, a perubahan pH pada limbahfat pit, b limbah anaerobik dan c air biogasKenaikan pH berbanding lurus dengan kenaikan tegan-gan dan penambahan waktu Pengurangan COD Limbah CairSalah satu cara untuk menilai unjuk kerja elektrokag-ulasi adalah dengan mengukur pengurangan keperluanoksigen kimia COD. Pengukuran dilakukan sesuaidengan EPA Method 4104. Limbah yang digunakanadalah limbah Fat-pit, limbah cair keluaran kolamanaerobik dan limbah keluaran biogas. Limbah fat-pitdan limbah keluaran kolam anaerobik memiliki kan-dungan pengotor yang sangat tinggi.[3, 5, 12, 25] Kan-dungan pengotor inilah yang membuat kandunganCOD di dalam limbah semakin tinggi. KandunganCOD limbah Fat-pit yang digunakan sekitar InSINas 2012 EN-60 0643 Muhammad Ansori Nasutionppm sehingga ppm, sedangkan kandungan CODkeluaran kolam anaerobik sekitar sampai BAR 4merupakan grafik penurunan kandunganCOD, Berdasarkan GAMBAR 4dapat dilihat bahwa ni-lai COD sepanjang pengujian dijalankan telah menga-lami pengurangan. Pengurangan COD terjadi sejalandengan bertambahnya waktu retensi. Hal ini karenakoagulan dan gas yang menghilangkan pengotor sema-kin bertambah banyak dengan semakin BAR 4a adalah penurunan COD pada limbahFat-pit, pengurangan COD pada 4 volt adalah pen-gurangan paling besar apabila dibandingkan dengantegangan 2 dan 3 volt. Pengurangan COD pada 4 voltbernilai 76,9% dalam waktu retensi 8 jam. Nilai pen-gurangan COD pada 2 dan 3 volt adalah 56,30% dan76,85% dengan waktu 8 jam. GAMBA R 4b adalahgrafik penurunan COD limbah anaerobik. PenurunanCOD pada 4 volt diperoleh 87,50% dalam waktu retensi8 jam, pada 2 dan 3 volt sebesar 62,39% dan 64,42% de-ngan waktu retensi yang sama. GAMBA R 4c adalahgrafik penurunan COD pada 4 volt adalah penguran-gan paling besar yang terjadi bila dibandingkan dengantegangan 2 dan 3 volt. Pengurangan COD pada 4 voltsebesar 81,18% dalam waktu retensi 8 jam, pada 2 dan3 volt sebesar 74,95 % dan 75 % dengan waktu retensiyang COD semakin besar dengan pening-katan tegangan yang diberikan. Bila dikaitkan de-ngan perubahan pH pada keadaan ini, peningkatan pHterbesar juga terjadi pada tegangan 4 volt. Dari kai-tan ini bermakna kenaikan pH juga membawa pen-gurangan COD semakin meningkat. Nilai teganganyang lebih tinggi akan memberikan arus yang lebih be-sar kepada proses elektrokoagulasi. Dengan tingginyanilai arus akan meningkatkan reaksi dalam reaktorsehingga menghasilkan koagulan yang lebih banyakuntuk melakukan pengendapan pengotor. Pengotorini merupakan penyebab kandungan COD dalam lim-bah. Logam aluminium dalam proses Elektrokoagu-lasi akan membentuk molekul aluminium hidroksida selalu digunakan dalam pengo-lahan limbah dalam bentuk molekul parameter waktu retensi, semakin lamawaktu retensi akan menyebabkan semakin banyakkoagulan dan gas terbentuk. Semakin lama wakturetensi menyebabkan kandungan COD semakin banyakberkurang. Apabila keadaan ini dibiarkan atau prosestetap dilanjutkan dengan waktu retensi yang lebih lamadan beban kandungan COD tetap, koagulan berlebihakan terlihat pada dasar reaktor. Kelebihan koagu-lan merupakan salah satu waktulah dalam proses elek-trokoagulasi sehingga terjadi pemborosan. Kelebihankoagulan ini juga terjadi pada penelitian elektrokoagu-GAMBAR 4 Grafik penurunan CODlasi oleh Matteson et al. 1995.Dalam proses pengurangan kandungan COD ini,faktor yang mempengaruhi adalah koagulan. Koagu-lan berasal dari ion Al3+. Ion ini terjadi sewaktu pro-ses Elektrokoagulasi terjadi. Ion ini akan menjadi alu-minium hidroksida yang membuat pengotor menjadilebih stabil dan mengendap di dasar reaktor. Hasilpengurangan COD pada penelitian ini lebih tinggi daripada hasil yang diperoleh oleh Agustin et al. 2008dalam elektrokoagulasi limbah cair PKS. hanya mem-peroleh nilai pengurangan COD sebesar 30% dalamwaktu retensi selama 6 jam. Selain itu, Ugurlu et al. telahmelaporkan bahwa diperoleh 75% pengurangan CODdengan menggunakan elektrokoagulasi sebagai pengo-lahan limbah pabrik kertas.[1] Perbedaannya, COD airProsiding InSINas 2012 0643 Muhammad Ansori Nasution EN-61sisa pabrik kertas adalah 86 kali lebih rendah dari padalimbah elektrokoagulasi sebagai sistem untuk menu-runkan COD juga dilaporkan peneliti lainnya, denganmenggunakan elektrokoagulasi untuk pengolahan lim-bah tekstil dengan memperoleh 50% pengurangan CODdalam waktu 10 menit waktu retensi.[6]D. Total SolidTotal solid TS adalah jumlah padatan yang terda-pat dalam substrat baik padatan yang terlarut maupunyang tidak terlarut. Nilai total solid limbah awal padapenelitian ini adalah sekitar mg/l untuk minyakfat-pit, mg/ untuk limbah keluaran anaerobikdan 100- 500 untuk limbah BAR 5menunjukkan penurunan kandungan To-tal solid. Berdasarkan GAM BAR 5, terdapat penguran-gan total padatan. Pengurangan total padatan terjadiberbanding lurus dengan pertambahan waktu BAR 5a menunjukkan pengurangan total padatanlimbah fat-pit. pengurangan total padatan tegangan 4volt adalah pengurangan paling besar yang terjadi apa-bila dibandingkan dengan tegangan 2 dan 3 volt. Pen-gurangan total padatan pada 4 volt berjumlah 84,84%dalam waktu retensi 8 jam, pada 2 dan 3 volt sebesar76,44% dan 83,47%. GAMBAR 5b menunjukkan pengu-rangan total padatan yang terjadi pada limbah keluarankolam anaerobik. Pengurangan total padatan pada 4volt diperoleh 75% dalam waktu retensi 8 jam, pada 2dan 3 volt sebesar 60,99 % dan 70,72%. GA MBAR 5cmenunjukkan pengurangan total padatan pada air bio-gas. Pengurangan total padatan pada 4 volt diperoleh82,89% dalam waktu retensi 8 jam, pada 2 dan 3 voltsebesar 67,80% dan 80%.Pengurangan total padatan semakin besar denganpeningkatan tegangan yang diberikan. Bila dikaitkandengan perubahan pH, COD dan TSS pada keadaan ini,peningkatan terbesar juga terjadi pada tegangan 4 Gas Hidrogen DihasilkanUntuk mengetahui gas hidrogen yang dihasilkan di-lakukan dengan pendekatan menggunakan persamaanyang dihasilkan beberapa peneliti bidang elektrolisayang menyatakan bahwa setiap 0,05 gram aluminiumakan menghasilkan gram gas hidrogen.[20] Hasilpenelitian ini juga di laporkan oleh Kulakov dan Ross2007 yang menyatakan bahwa perbandingan antaramassa gas hidrogen dihasilkan dengan massa alu-minium yang larut sebesar 0,11. Kalau diteliti lebih lan-jut, nilai 0,11 ini adalah sama dengan rasio massa an-tara logam aluminium dengan gas hidrogen massa ini sesuai dengan rasio molar pada reaksitotal sel pada elektrokoagulasi. Adapun reaksi total seladalah sebagai berikutGAM BAR 5 Grafik penurunan nilai total padatan limbah Fat-pit2Als + 6H2O+ 2OH−aq →2[AlOH4]−aq + 3H2g 10Berdasarkan persamaan di atas, didapat massa gashidrogen yang dihasilkan pada penelitian ini ditun-jukan pada GAM BA R 6. Berdasarkan gambar ini, terlihatbahwa dengan kenaikan tegangan diberikan pada reak-tor membawa kenaikan terhadap gas hidrogen dihasil-kan. Dengan semakin tinggi tegangan diberikran makasemakin banyak massa logam aluminium yang larut,hal ini membawa makin banyak gas hidrogen dihasil-kan. Gas hidrogen yang dihasilkan maksimum adalah8,6 gram pada elektrokoagulasi limbah gambar di atas, jumlah gas hidrogen di-Prosiding InSINas 2012 EN-62 0643 Muhammad Ansori NasutionGAM BAR 6 Grafik energi dihasilkanhasilkan oleh limbah yang berasal dari kolam anaeroblebih tinggi dibandingkan dengan energi yang diha-silkan limbah yang berasal dari fat pit maupun lim-bah keluaran dari reaktor biogas. Hal ini karena pro-ses elektrolisis pada kondisi asam akan menghasilkangas hidrogen yang lebih besar. Bila dibandingkan diantara ketiga sumber limbah yang diolah, pH limbahkeluaran kolam anaerobik dan fat pit memiliki pH yanghampir sama. pH pada kolam ini adalah sebesar 4∼ pH keduanya hampir sama tetapi energiyang dihasilkan lebih besar pada kolam anaerobik. Halini karena pada kolam anaerobik memiliki lebih sedikitlumpur atau solid. Sehingga dengan banyaknya solidatau lumpur menyebabkan kontak antara elektroda de-ngan elektrolit akan menjadi kurang KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukanpada setiap kolam limbah yang berbeda, menun-jukan bahwa semakin lama waktu retensi dan semakintinggi tegangan listrik yang diberikan pada elektrodaaluminium dalam pengolahan limbah semakin besarpersentasi penurunan terhadap parameter COD, totalpadatan serta peningkatan nilai pH dan gas akan lebih baik jika luas kontak antara elek-troda dengan elektrolit lebih hasil penurunan parameter terkait de-ngan pengolahan limbah, hasil yang didapat padapenelitian ini tidak dapat mendapatkan kandunganCOD di bawah 250 ppm. Oleh karena itu, penggu-naan reaktor elektrokoagulasi ini perlu diintegrasikandengan teknologi lain seperti teknologi pengomposan,kolam aerobik atau dengan teknologi membran. Selaindengan integrasi diatas, memungkinkan juga untuk di-lakukan desain ulang terhadap reaktor sehingga akandidapatkan unjuk kerja yang lebih dibandingkan pengaruh elektrokoagulasi ter-hadap sumber limbah pada penelitian ini, faktor nilaikandungan awal beban awal dari parameter kualitaslimbah sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja reak-tor. Pada saat kandungan awal tinggi, unjuk kerja akansemakin rendah. Begitu juga jika pH awal limbah padakondisi asam, persentase penurunan parameter kuali-tas limbah akan semakin PUSTAKA[1] Agustin M B, Sengpracha W P and PhutdhawongW 2008 Electrocoagulation of Palm Oil Mill Ef-fluent International Journal of Environmental Re-search and Public Health53 177-80[2] Ahmad A L, Chong M F and Bhatia S 2009 A com-parative study on the membrane based palm oilmill effluent POME treatment plant Journal ofHazardous Materials 171 166E4[3] Ahmad A L, Ismail S and Bhatia S 2003 Water re-cycling from palm oil mill effluent POME usingmembrane technology Desalination 157 87-95[4] Behbahani M, Moghaddam M R A and Arami M2011 Techno-economical evaluation of fluoride re-moval by electrocoagulation process Optimiza-tion through response surface methodology De-salination271 209-18[5] Bhatia S, Othman Z and Ahmad A L 2007b Pre-treatment of palm oil mill effluent POME usingMoringa oleifera seeds as natural coagulant Jour-nal of Hazardous Materials145 120E[6] Can O T, Kobya M, Demirbas E and Bayramoglu M2006 Treatment of the textile wastewater by com-bined electrocoagulation Chemosphere62 181E[7] Chen G 2004 Electrochemical technologies inwastewater treatment Separation and PurificationTechnology38 11-41[8] Guthrie Plantation and Agriculture Service b 1995Guthrie Palm Oil Mill Executives Course Singa-pore Mc Graw Hill Book-Co[9] Kargi F, Catalkaya E C and Uzuncar S 2011 Hidro-gen Gas Production from Waste Anaerobik Sludgeby Electrohydrolysis Effects of Applied DC Volt-age International Journal of Hidrogen Energy362049-56[10] Kilic M G and Hosten C 2010 A comparative studyof electrocoagulation and coagulation of aqueoussuspensions of kaolinite powders Journal of Haz-ardous Materials176 735-40[11] Kirtay E 2011 Recent advances in production ofhidrogen from biomass Energy Conversion andManagement52 1778E9[12] Lam M K and Lee K T 2011 Renewable and sus-tainable bioenergies production from palm oil milleffluent POME Win-win strategies toward bet-ter environmental protection Biotechnology Ad-vances29 124-41[13] Liu H, Zhao X and Qu J 2010 Electrochemistry forthe Environment, ed C Comninellis and G ChenNew York Springer Science+Business Media pp245-62Prosiding InSINas 2012 0643 Muhammad Ansori Nasution EN-63[14] Matteson, J. M, Dobson R L, Robert W. GlennJ, Kukunoor N S, III W H W and Clayfield E J1995 Electrocoagulation and Separation of Aque-ous Suspensions of Ultrafine Particles, Colloidsand Surface A Physicochemical and EngineeringAspects. Colloids and Surfaces104 101-9[15] Nasution M A, Yaakob Z, Ali E, Tasirin S M andAbdullah S R S 2011 Electrocoagulation of Palm OilMill Effluent as Wastewater Treatment and Hidro-gen Production Using Electrode Aluminum J. Env-iron. 1332-9[16] Niam M F, Othman F, Sohaili J and Fauzia Z2007 Removal of COD and Turbidity to ImproveWastewater Quality Using electrocoagulation tech-nique The Malaysian Journal of Analytical SciencesVol 11, No 1 198-205[17] Pamin K, Siahaan M M and Tobing P L 1996 Pe-manfaatan Limbah Cair PKS pada Perkebunan Ke-lapa Sawit di Indonesia. In Lokakarya NasionalPemanfaatan Limbah Cair cara Land Application,Jakarta[18] Phalakornkule C, Sukkasem P and MutchimsatthaC 2010 Hidrogen recovery from the electrocoagula-tion treatment of dye-containing wastewater Inter-national Journal of Hidrogen Energy 35 10394-943[19] Pletcher D and Walsh F C 1993 Industrial Electro-chemistry Cambridge Blackie Academic and Pro-fesional[20] Siregar Y D I 2010 Produksi Gas Hidrogen DariLimbah Alumunium Valensi2 362-7[21] Sumathi S, Chai S P and Mohamed A R 2008 Uti-lization of oil palm as a source of renewable energyin Malaysia Renewable and Sustainable Energy Re-views12 2404E1[22] Wulfert K, Darnoko, Tobing P L, Yuliasari R andGuritno P 2002 Treatment of POME in AnaerobikFixed Bed Digesters. In International Oil PalmConference,[23] Wulfert K, Gindulis W, Kohler M, Darnoko D, To-bing P L and Yuliasari R 2000 Pengolahan Lim-bah Cair Pabrik Kelapa Sawit Secara Anaerobik. InProsiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit PusatPenelitian Kelapa Sawit.[24] Yacob S, Hassan M A, Shirai Y, Wakisaka M andSubash S 2005 Baseline study of methane emissionfrom open digesting tanks of palm oil mill effluenttreatment Chemosphere59 1575E1[25] Yejian Z, Li Y, Xiangli Q, Lina C, Xiangjun N, Zhi-jian M and Zhenjia Z 2008 Integration of biolog-ical method and membrane technology in treatingpalm oil mill effluent Journal of Environmental Sci-ences20 InSINas 2012 ... Menurut Nasution, 2012, elektroda positif anoda berfungsi sebagai koagulan dalam proses koagulasi yang terjadi di dalam sel tersebut. Reaksi katodik terjadi pada elektroda negatif katoda dengan membentuk gelembung-gelembung gas hidrogen yang berfungsi menaikkan flok-flok tersuspensi yang tidak dapat mengendap di dalam sel. ...Ino Eben Lasroha Haji AbdullahSukmawaty Sukmawaty Diah Ajeng SetiawatiThis study aims to process tofu wastewater by using the electrocoagulation method and determine TSS, TDS, and pH efficiency. The Electrocoagulation system was designed based on an electrocoagulation general standard called batch systems. This study used voltage variations of 10, 20, and 30 volts and exposure time during 60, 120, and 180 minutes. The parameters observed were Total Suspended Solid TSS, Total Dissolved Solid TDS, and acidity pH. This study used fresh tofu wastewater with temperature 40-50oC, with a volume of 2000 ml wastewater in one time of electrocoagulation process. The results showed that the designed electrocoagulation system could reduce TSS concentration until and TDS and increasing pH approaching the neutral value. However, the concentration value of TSS and TDS was still above the quality standard. Initial characteristics of tofu wastewater with pH TSS mg/L, and TDS mg/L after electrocoagulation process gained pH values TSS mg/L, and TDS mg/ EC is becoming a popular process to be used for wastewater treatment. The removal of COD and turbidity from wastewater by EC using iron Fe electrode material was investigated in this paper. Several working parameters, such as pH, current density, and operating time were studied in an attempt to achieve a higher removal capacity. Wastewater sample was made from milk powder with initial COD of 1140 mgL -1 and turbidity of 491 NTU. Current density was varied from to mA cm -2 , and operating time of between 30 and 50 minutes. The results show that the effluent wastewater was very clear and its quality exceeded the direct discharge standard. The removal efficiencies of COD and turbidity were high, being more than 65 % and 95 %. In addition, the experimental results also show that the electrocoagu lation can neutralize pH of wastewater. Abstrak Elektrokoagulasi EC merupakan suatu proses yang populer untuk digunakan pada perawatan air sisa. Penyingkiran COD dan kekeruhan daripada air sisa oleh EC yang menggunakan material elektrod besi Fe telah diselidiki dalam kertas kerja ini. Beberapa parameter, seperti pH, kerapatan arus dan masa perawatan dikaji dalam percubaan untuk mendapatkan kadar penyingkiran lebih tinggi. Air sisa dibuat dari tepung susu dengan nilai awal COD 1140 mgL -1 dan kekeruhan 491 NTU. Kerapatan arus divariasi dari hingga mA cm -2 , dan masa perawatan antara 30 dan 50 minit. Keputusan kajian mendapati bahawa efluen air sisa sangat jernih dan sesuai dengan piawai pelepasan. Efisiensi penyingkiran COD dan kekeruhan adalah tinggi, menjadi lebih dari 65 % dan 95 %. Sebagai tambahan, keputusan kajian juga mendapati bahawa elektrokoagulasi dapat meneutralkan pH air sisa. Introduction The reuse of wastewater has become an absolute necessity. Demands to the cleaning industrial and domestic wastewater to avoid environmental pollution and especially contamination of pure water resources are becoming national and international issues. Innovative, cheap and effective methods of purifying and cleaning wastewater before discharging into any other water systems are needed. Electrocoagulation EC due to some advantages over chemical coagulation is becoming a popular process to be used for wastewater oil mill effluent POME is highly polluting wastewater generated from the palm oil milling process. Palm oil mill effluent was used as an electrolyte without any additive or pretreatment to perform electrocoagulation EC using electricity direct current ranging from 2 to 4 volts in the presence of aluminum electrodes with a reactor volume of 20 L. The production of hydrogen gas, removal of chemical oxygen demand COD, and turbidity as a result of electrocoagulation of POME were determined. The results show that EC can reduce the COD and turbidity of POME by 57 and 62%, respectively, in addition to the 42% hydrogen production. Hydrogen production was also helpful to remove the lighter suspended solids toward the surface. The production of AlOHXHO at the aluminum electrode anode was responsible for the flocculation-coagulation process of suspended solids followed by sedimentation under gravity. The production of hydrogen gas from POME during EC was also compared with hydrogen gas production by electrolysis of tap water at pH 4 and tap water without pH adjustment under the same conditions. The main advantage of this study is to produce hydrogen gas while treating POME with EC to reduce COD and turbidity effectively. Chan PhalakornkulePisut SukkasemChinnarat MutchimsatthaIn this paper, a technique of hydrogen recovery from an electrocoagulation process treating dye-containing wastewater is presented. The electrocoagulation system used consists of a continuous-mode electrocoagulator connected with a gas separation tank and two sedimenters. It is shown that a significant amount of hydrogen can be harvested using the gas separation tank whose configuration follows that of a conventional upflow anaerobic sludge bed. The experimental hydrogen yields obtained were comparable with those calculated from theory. The electrical energy demand of the electrocoagulation process for treating Reactive Blue 140 and Direct Red 23 was and respectively, while the energy yield of harvested hydrogen was The quality of water treated by the electrocoagulation system was satisfactory, the color, COD and TS removal were 99%, 93% and 89%, J. MattesonRegina L. DobsonRobert W. GlennEric J. ClayfieldConventional methods for the removal of suspended ultrafine particulates in industrial effluents and wastewater treatment frequently involve the bulk addition of inorganic coagulants aluminum or ferric salts. This electrolytic dosing is followed by sedimentation to obtain a clarified supernatant liquid. The increased size of the coagulated material facilitates subsequent solid-liquid separation processes such as alternative separation treatment for ultrafine particles is electrocoagulation, which involves the in situ formation of ions by electrolysis. This generation of ions is succeeded by the electrophoretic concentration of the particulates in the immediate region surrounding the electrode. The addition of the electrochemically generated reagent can be controlled by adjusting the supplied power, thereby enabling optimization of the effective performance of the electrocoagulation technique was evaluated with kaolinite suspensions, using a batch, stirred cell system, and a continuously flowing suspension through a series of stirred cells. Particular attention was focused on determining the rate constants for the kinetics of the particulate coagulation process. The parameters examined were electrode voltage, residence time, particle concentration, and suspension flow rate. The results showed that the electrocoagulation rate follows a second order relationship, accounting for the electrophoretic movement of the particles toward the is currently the world's largest producer and exporter of palm oil. Malaysia produces about 47% of the world's supply of palm oil. Malaysia also accounts the highest percentage of global vegetable oils and fats trade in year 2005. Besides producing oils and fats, at present there is a continuous increasing interest concerning oil palm renewable energy. One of the major attentions is bio-diesel from palm oil. Bio-diesel implementation in Malaysia is important because of environmental protection and energy supply security reasons. This palm oil bio-diesel is biodegradable, non-toxic, and has significantly fewer emissions than petroleum-based diesel petro-diesel when burned. In addition to this oil, palm is also a well-known plant for its other sources of renewable energy, for example huge quantities of biomass by-products are developed to produce value added products such as methane gas, bio-plastic, organic acids, bio-compost, ply-wood, activated carbon, and animal feedstock. Even waste effluent; palm oil mill effluent POME has been converted to produce energy. Oil palm has created many opportunities and social benefits for the locals. In the above perspective, the objective of the present work is to give a concise and up-to-date picture of the present status of oil palm industry enhancing sustainable and renewable energy. This work also aims to identify the prospects of Malaysian oil palm industry towards utilization of oil palm as a source of renewable release of greenhouse gases, especially CO2 and CH4 has been recognized as one of the main causes of global warming. Several measures under the Kyoto Protocol 1997 have been drawn up to reduce the greenhouse gases emission. One of the measures is Clean Development Mechanisms CDM that was created to enable developed countries to cooperate with developing countries in emission reduction activities. In Malaysia, palm oil industry particularly from palm oil mill effluent POME anaerobic treatment has been identified as an important source of CH4. However, there is no study to quantify the actual CH4 emission from the commercial scale wastewater treatment facility. Hence, this paper shall address the CH4 emission from the open digesting tanks in Felda Serting Hilir Palm Oil Mill. CH4 emission pattern was recorded for 52 weeks from 3600 m3 open digesting tanks. The findings indicated that the CH4 content was between and which was lower than the value of 65% reported earlier. The biogas flow rate ranged between min-1m-2 and min-1m-2. Total CH4 emission per open digesting tank was kgday-1. Relationships between CH4 emission and total carbon removal and POME discharged were also discussed. Fluctuation of biogas production was observed throughout the studies as a result of seasonal oil palm cropping, mill activities, variation of POME quality and quantity discharged from the mill. Thus only through long-term field measurement CH4 emission can be accurately oil industry is the most important agro-industry in Malaysia, but its by-product-palm oil mill effluent POME, posed a great threat to water environment. In the past decades, several treatment and disposal methods have been proposed and investigated to solve this problem. A two-stage pilot-scale plant was designed and constructed for POME treatment. Anaerobic digestion and aerobic biodegradation constituted the first biological stage, while ultrafiltration UF and reverse osmosis RO membrane units were combined as the second membrane separation stage. In the anaerobic expanded granular sludge bed EGSB reactor, about 43% organic matter in POME was converted into biogas, and COD reduction efficiency reached 93% and 22% in EGSB and the following aerobic reactor, respectively. With the treatment in the first biological stage, suspended solids and oil also decreased to a low degree. All these alleviated the membrane fouling and prolonged the membrane life. In the membrane process unit, almost all the suspended solids were captured by UF membranes, while RO membrane excluded most of the dissolved solids or inorganic salts from RO permeate. After the whole treatment processes, organic matter in POME expressed by BOD and COD was removed almost thoroughly. Suspended solids and color were not detectable in RO permeate any more, and mineral elements only existed in trace amount except for K and Na. The high-quality effluent was crystal clear and could be used as the boiler feed Limbah Cair PKS pada Perkebunan Kelapa Sawit di IndonesiaK PaminM SiahaanP L TobingPamin K, Siahaan M M and Tobing P L 1996 Pemanfaatan Limbah Cair PKS pada Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. In Lokakarya Nasional Pemanfaatan Limbah Cair cara Land Application, JakartaIndustrial Electrochemistry Cambridge Blackie Academic and ProfesionalD PletcherF C WalshPletcher D and Walsh F C 1993 Industrial Electrochemistry Cambridge Blackie Academic and ProfesionalTreatment of POME in Anaerobik Fixed Bed DigestersK WulfertDarnokoP L TobingYuliasari R GuritnoWulfert K, Darnoko, Tobing P L, Yuliasari R and Guritno P 2002 Treatment of POME in Anaerobik Fixed Bed Digesters. In International Oil Palm Conference,
Home News Jum'at, 09 Juni 2023 - 1055 WIB A A A PELALAWAN - Perburuan foto pekan ini adalah menyusuri perkebunan kelapa sawit milik PT Musim Mas Grup Musim Mas di Riau, tepatnya di Kelurahan Sorek, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan. Grup Musim Mas merupakan salah satu perusahaan kelapa sawit terintegrasi terbesar di dunia yang beroperasi di 13 negara di Asia-Pasifik, Eropa dan Amerika. Indonesia merupakan lokasi kegiatan operasional utama, yang mencakup setiap rantai pasokan minyak kelapa sawit, mulai dari pembudidayaan berupa pengelolaan perkebunan hingga penyulingan serta manufaktur yang menghasilkan produk berbasis kelapa sawit yang memiliki nilai tambah sebelum di Sorek, PT Musim Mas memiliki lahan seluas lebih dari ha, yang memiliki fasilitas pembibitan, kilang dan pembangkit tenaga listrik, pusat penelitian dan pengembangan, mess, perumahan karyawan, sekolah PAUD, SD, SMP, tempat penitipan anak, supermarket, dan tempat ibadah. Terdapat kurang lebih karyawan beserta keluarga yang tinggal dan beraktivitas di area perkebunan ini. Yang menarik, pabrik pengilangan minyak sawit di Sorek ini merupakan satu dari 15 pabrik milik Musim Mas yang secara efektif menggunakan kembali, memulihkan dan mendaur ulang semua bahan selama produksi serta mengoperasikan 100% pabrik tanpa limbah secara efektif alias 100% zero waste yang digunakan untuk seluruh kebutuhan di area perkebunan berasal dari pengelolaan limbah pabrik, dengan menangkap gas metan untuk dijadikan daya hal pembibitan, Musim Mas terus melakukan kegiatan research and development R&D untuk meningkatkan hasil kelapa sawit, termasuk mengoptimalkan varietas yang ditanam sehingga menghasilkan minyak yang lebih tinggi dan memenuhi sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil RSPO dan Indonesia Sustainable Palm Oil ISPO. Di lokasi ini, selain terdapat laboratorium yang bertugas melakukan penelitian dan pengembangan bibit terbaik, Musim Mas juga melakukan penelitian terkait dengan hama dan predator yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pohon hal pemberdayaan dan pengembangan ekonomi masyarakat, PT Musim Mas sejak 2017 telah melakukan pembinaan terhadap asosiasi pekebun kelapa sawit, yang saat ini telah memiliki anggota sebanyak lebih dari 700 petani. Berkolabrasi dengan asosiasi pekebun sawit, PT Musim Mas terus melakukan pelatihan baik kepada para penyuluh pertanian lapangan PPL melalui program Training for Trainer maupun langsung kepada para petani melalui program Training for Small Holders. rat Copyright © 2023 All Rights Reserved. view/ rendering in seconds 25226
Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit – Limbah cair yang dihasilkan dari proses pengolahan tandan buah segar TBS kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil CPO dan Palm Kernel Oil KPO langsung dialirkan menuju ketempat pengolahan limbah. Berdasarkan data yang didapat dari PT Perkebunan Mitra Ogan 2015, fungsi dari setiap kolam pengolahan limbah pada pabrik kelapa sawit, yaitu 1. Fat Pit Limbah dari Pabrik Kelapa Sawit PKS dialirkan masuk kedalam fat pit. Kolam fat pit digunakan untuk menampung cairan – cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi. Pada fat pit ini terjadi pemanasan dengan menggunakan steam dengan suhu 60-80 oC. Pemanasan ini berguna untuk memudahkan dalam pemisahan minyak dengan sludge, sebab pada fat pit ini masih memungkinkan untuk dilakukan pengutipan minyak dengan menggunakan skimmer. Limbah cair dari fat pit ini lalu dialirkan ke dalam kolam cooling pond yang berguna untuk mendinginkan limbah yang dipanaskan Wibisono, 2013. 2. Kolam Pendinginan Limbah cair yang telah dikutip minyaknya pada oil trap fatpit mempunyai karakteristik pH 4 – 4,5 dengan suhu 60 – 80 oC sebelum limbah dialirkan ke kolam pengasaman acidifaction pond suhunya diturunkan menjadi 40 – 45 oC agar bakteri mesophilik dapat berkembang dengan baik. Gambar 1. Cooling Pond pada PT Perkebunan Mitra Ogan Gambar 1 merupakan gambar pengambilan bahan baku berupa air limbah kelapa sawit yang terletak di cooling pond. Pada Gambar 1, limbah cair yang telah dikutip minyaknya pada oil trap fatpit mempunyai karakteristik pH 4 – 4,5 dengan suhu 60 – 80 oC sebelum limbah dialirkan ke kolam pengasaman acidifaction pond suhunya diturunkan menjadi 40 – 45 oC agar bakteri mesophilik dapat berkembang dengan baik. pendinginan penting dalam mempersiapkan kondisi kehidupan bakteri mesofilik. Dengan temperatur sekitar 38 0C maka bakteri akan berkembang dengan baik, dengan lama penahan limbah ± 5 hari, bagian minyak yang terapung diatas permukaan dikembalikan ke bagian produksi untuk diolah lanjut, kolam ini biasanya berukuran lebar dan dangkal. 3. Kolam Pengasaman Setelah dari kolam pendingin, limbah mengalir ke kolam pengasaman yang berfungsi sebagai proses pra kondisi bagi limbah sebelum masuk ke kolam anaerobik. Pada kolam ini, limbah akan dirombak menjadi volatile fatty acid VFA. Kolam pengasaman pada pabrik kelapa sawit, dilampirkan pada gambar berikut. Gambar 2. Acidifaction Pond pada PT Perkebunan Mitra Ogan Gambar 2 merupakan kolam pengasaman dimana limbah yang segar mengandung senyawa organik yang mudah dihidrolisa dan menghasilkan senyawa asam. Supaya senyawa asam yag terkandung didalam limbah tidak mengganggu proses pengendalian limbah maka dilakukan pengasaman acidification. Dalam kolam ini pH limbah umumnya berkisar 3 – 4, dan kemudian pH nya naik setelah asam – asam organik terurai kembali oleh proses hidrolisa yang berlanjut. 4. Kolam Resirkulasi Resirkulasi dilakukan dengan mengalirkan cairan dari kolam anaerobik yang terakhir ke saluran masuk kolam pengasaman yang bertujuan untuk menaikkan pH dan membantu pendinginan. 5. Kolam Pembiakan Bakteri Kolam pembiakan bakteri dibuat untuk membiakkan bakteri pada awal pengoperasian pengendalian limbah. Kolam pembiakan bakteri memiliki kondisi yang disesuaikan agar bakteri dapat tumbuh dengan baik. Kondisi yang optimum untuk kolam ini adalah pH suhu 30 – 40 oC untuk bakteri mesophyl, kedalaman kolam 5-6 m dan ukuran kolam diupayakan dapat menampung air limbah 2 hari olah atau setara 400 m3 untuk pabrik kelapa sawit PKS kapasitas 30 tonTBS/jam. 6. Kolam Anaerobik Limbah dari kolam pengasaman akan mengalir ke kolam anaerobik primer. BOD limbah setelah keluar dari kolam anaerobik sekunder maksimal ialah 3000 mg/l dengan pH minimal 6,0. Kolam anaerobik dapat dilihat pada gambar 3 berikut Gambar 3. Anaerob Pond pada PT Perkebunan Mitra Ogan Pada Gambar 3 diatas, pH dari kolam pengasaman masih sangat rendah, maka limbah harus dinetralkan dengan cara mencampurkannya dengan limbah keluaran pipa outlet dari kolam anaerobik. Bersamaan dengan ini, bakteri anaerobik yang aktif akan membentuk asam organik dan CO2. Selanjutnya bakteri metana Methanogenic Bacteria akan merubah asam organik menjadi methane dan CO2. BOD limbah pada kolam anaerobik primer masih cukup tinggi, maka limbah harus diproses lebih lanjut pada kolam anaerobik sekunder, dimana kolam ini dapat dikatakan beroperasi dengan baik apabila nilai parameter utamanya berada pada tetapan sebagai berikut pH 6 - 8 Volatile fatty acidVFA < 300 mg/l Alkalinitas < 2000 mg/l 7. Kolam Fakultatif Kolam ini adalah kolam peralihan dari kolam anaerobik menjadi aerobik atau dapat disebut proses penon-aktifan bakteri anaerob dan pra kondisi dari proses aerobic. Karakteristik limbah pada kolam fakultatif yaitu pH 7,6 – 7,8. Biological Oxygen Demand BOD 600-800ppm, Chemical Oxygen Demand COD1250-1750 ppm. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada permukaan kolam yang tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau -hijauan. Proses fakultatif ini dilakukan di dalam kolam sedimentasi yang terlihat pada gambar berikut. Gambar 4. Sedimentation Pond pada PT Perkebunan Mitra Ogan Gambar 4 merupakan kolam peralihan dari kolam anaerobik menjadi aerobik atau dapat disebut proses penon-aktifan bakteri anaerob dan pra kondisi dari proses aerobic. Karakteristik limbah pada kolam fakultatif yaitu pH 7,6 – 7,8. BOD 600-800ppm, COD 1250-1750 ppm. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada permukaan kolam yang tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau-hijauan. 8. Kolam Aerasi Kolam aerasi dibuat untuk pemberian oksigen yang dilakukan secara difusi dengan tujuan agar dapat berlangsung reaksi oksidasi dengan baik. Kolam ini dibuat dengan kedalaman 3m dan ditempatkan alat yang dapat meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air serta dilengkapi dengan dua uni talat aerator. 9. Kolam Aerobik Proses yang terjadi pada kolam anaerobik adalah proses aerobic. Pada kolam ini, telah tumbuh ganging dan mikroba heterotrof yang berbentuk flocs. Proses ini merupakan langkah penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba dalam kolam. Gambar 5. Anaerob Pond sirk pada PT Perkebunan Mitra Ogan Gambar 5 menunjukkan bahwa kolam Anaerob ini berfungsi untuk menurunkan BOD, dan COD serta minyak dan lemak dari limbah pabrik sawit. Ciri utama kolam anaerobik adalah permukaan kolam tertutup oleh jenis khamir sehingga ketersedian oksigen dan cahaya matahari sangat rendah di dalam kolam yang mengefektifkan kinerja bakteri anerob dalam mengurai limbah 10. Land Application Kolam ini merupakan tempat pembuangan terakhir limbah, dimana Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses penon-aktifan bakteri anaerobic dan prakondisi proses aerobic. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada permukaan kolam tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau-hijauan Dari seluruh rangkaian proses tersebut, masa tinggal limbah selama proses berlangsung mulai dari kolam pendinginan hingga air dibuang ke badan penerima membutuhkan masa waktu tinggal selama kurang lebih 120 – 150 hari.
Abstract So that the palm oil mill wastewater LCPKS into organic fertilizer, the required processing which aims to increase the nutrient content and degrade organic matter dissolved and suspended materials. Alternative processing to do, among others, is to use the chemical processing of mineral zeolite. The study aims to determine the chemical processing techniques LCPKS using zeolite minerals and determine the proper dose of zeolite minerals in order to increase the levels of N, P and K palm oil mill effluent pond acidification and appropriate quality standards of waste. The research was conducted at PT. Sumbertama Nusa Pertiwi Kumpeh District of Hulu Muaro and in the Laboratory, lasted for 3 months. Conducting research using using zeolite minerals clinoptilolite powder 60 mesh types of Gunung Kidul, Yogyakarta. Research using completely randomized design CRD, with 4 levels of treatment is done by adding the mineral zeolite 0, 5, 10 and 15%, then LCPKS analysis in the laboratory. The results showed that the zeolite 10% on LCPKS Swimming acidification give the levels of N, P, K, which is higher as well as BOD and pH appropriate quality standards of waste. Giving zeolite 15% on LCPKS Swimming Acidification provides the efficiency of adsorption of N, P, and K were higher.
kolam limbah pabrik kelapa sawit